Menurut anda, apakah rakyat Indonesia khususnya generasi muda sekarang sudah mencintai budaya sendiri ?


Jathilan Hari Ini



suatu hari
saya sedang berjalan di sebuah perempatan yang cukup ramai
di bawah teriknya matahari ketika lampu merah, sekelompok pria yang berdandan agak beda beraksi di depan para pengendara
satu orang memainkan alat musik di trotoar, dan 3 orang lainnya melakukan sebuah tarian
ya, tarian itu adalah jathilan
kesenian khas jawa yang dulu sangat populer
menjelang lampu hijau, seseorang dari mereka menghampiri setiap pengendara
apa yang mereka lakukan ?

setelah aksi mereka, saya menghampiri mereka
mengajukan beberapa pertanyaan
kurang lebih seperti ini obrolan kami (diterjemahkan dari bahasa Jawa)

A= ini jathilan ya pak ?
B= iya mas
A= bapak sudah lama "njathil" ?
B= ya lumayan
A= memang daridulu main di jalan gini pak ?
B= oo tidak. dulu kami punya sanggar yang sering "ditanggap" di banyak acara
A= sekarang apakah masih sering "ditanggap" pak ?
B= tidak, dulu kelompok kami besar. Mungkin karena jaman, beberapa anggota kelompok kami keluar dan memilih jalan lain untuk hidup. Dan tinggal berempat ini hidup dari uang njathil di jalan.

Saya melanjutkan perjalanan dan merenung

Inikah nasib seniman-seniman budaya sekarang ?

Ribuan Pelajar Bantul Belajar Membatik

Sebanyak 2.200 siswa SD hingga SLTA di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, Sabtu (20/3), memecahkan rekor pembuatan kain batik terpanjang, dengan peserta terbanyak. Pemecahan rekor dilakukan sebagai wujud kebanggaan dan kepedulian generasi muda terhadap kain batik sebagai warisan budaya luhur bangsa.

Prosesi pemecahan rekor berlangsung di Pasar Seni Gabusan, Bantul, sejak sekitar pukul 07.00 hingga sore. Lebih kurang 2.000 pelajar SD serta 200 pelajar SLTP dan SLTA memadati ruang di sekeliling los-los pasar yang sudah dipasangi kain putih.

Berbekal canting dan lilin malam yang dibawa dari sekolah masing-masing, para siswa bebas menggambarkan pola batik sesuai kreativitas mereka. Satu siswa rata-rata membatik di atas kain seluas 50 sentimeter x 50 sentimeter.

Ketua panitia, Sumarni Bejo Utomo, mengatakan, penciptaan rekor itu inisiatif bersama Pemerintah Kabupaten Bantul, Tim Penggerak PKK Bantul, dan Dewan Pendidikan Bantul.

Oleh Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri), rekor itu dicatat sebagai rekor nomor 4191. Manajer Muri Sri Widayati menyatakan, prestasi para siswa Bantul itu memecahkan dua rekor sekaligus.

Pertama, rekor pembuatan batik dengan peserta terbanyak yang sebelumnya dipegang Sevilla International School Jakarta dengan peserta 1.607 orang. Kedua, rekor kain batik terpanjang yang sebelumnya diraih Asosiasi Batik dan Bordir Pamekasan dengan panjang 1.530 meter.(KOMPAS.com)

________________________________________________________________________

Sebuah prestasi yang luar biasa yang dilakukan oleh pelajar Bantul. Bukti bahwa budaya batik masih dicintai anak-anak yang notabene adalah generasi penerus bangsa. Semoga ini menjadi pelajaran dan titik balik untuk kita semua khususnya generasi muda untuk mulai mencintai budaya kita sendiri.

CIPTAKAN AKSIMU, UNTUK BUDAYAMU, UNTUK BANGSAMU






Bahkan Mereka Kagum Budaya Kita

Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya / alatnya, yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama. Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa gamel yang berarti memukul / menabuh, diikuti akhiran an yang menjadikannya kata benda. Orkes gamelan kebanyakan terdapat di pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok di Indonesia dalam berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini, dan di Jawa lewat abad ke-18, istilah gong lebih dianggap sinonim dengan gamelan.
Kemunculan gamelan didahului dengan budaya Hindu-Budha yang mendominasi Indonesia pada awal masa pencatatan sejarah, yang juga mewakili seni asli indonesia. Instrumennya dikembangkan hingga bentuknya sampai seperti sekarang ini pada zaman Kerajaan Majapahit. Dalam perbedaannya dengan musik India, satu-satunya dampak ke-India-an dalam musik gamelan adalah bagaimana cara menyanikannya. Dalam mitologi Jawa, gamelan dicipatakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka, dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana di gunung Mahendra di Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Sang Hyang Guru pertama-tama menciptakan gong untuk memanggil para dewa. Untuk pesan yang lebih spesifik kemudian menciptakan dua gong, lalu akhirnya terbentuk set gamelan.
Gambaran tentang alat musik ensembel pertama ditemukan di Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah, yang telah berdiri sejak abad ke-8. Alat musik semisal suling bambu, lonceng, kendhang dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik berdawai yang digesek dan dipetik, ditemukan dalam relief tersebut. Namun, sedikit ditemukan elemen alat musik logamnya. Bagaimanapun, relief tentang alat musik tersebut dikatakan sebagai asal mula gamelan.
Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang kompleks. Gamelan menggunakan empat cara penalaan, yaitu sléndro, pélog, "Degung" (khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat), dan "madenda" (juga dikenal sebagai diatonis, sama seperti skala minor asli yang banyak dipakai di Eropa.













sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Gamelan
http://www.youtube.com/v/Pvxw56iRXXQ&hl
http://www.youtube.com/v/MUdB8RFGS5A&hl
http://www.youtube.com/v/qaJ_5hcnEQA&hl
http://www.youtube.com/v/kxjDovw-47U&hl
http://www.youtube.com/v/TQBttdVhEd8&hl
http://www.youtube.com/v/5B_82Jnr1Jw&hl